Miners Blog
Selasa, 06 September 2016
Jumat, 02 September 2016
Geologi Regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat, Sulawesi Selatan
|
PENDAHULUAN
Pemetaan geologi di Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Sulawesi Selatan, di laksanakan dalam rangka Proyek Pemetaan Geologi dan interpretasi Foto Udara, Pelita 1, oleh Subdirektorat Perpetaan, Direktorat Geologi (sekarang Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi). Semula pemetaan dilaksanakan secara tinjau dengan tujuan untuk melengkapi data geologi guna kompilasi Peta Geologi Regional sekala 1:1000.000 yang sekarang sudah terbit (Sukamto, 1975). Pemetaan tinjau dilakukan selama Agustus dan September 1971 oleh R. Sakamto. H. Sumadirdja, TS. Suriatmadja. KA. Astadiredja, dan dibantu oleh S. Hardoprawiro. D. Sudana, N. Ratman dan E. Titersole
Data geologi tinjau yang dihasilkan pada 1971 kemudian dilengkapi sejumlah
lintasan geologi yang lebih rapat, yang dilakukan dari September disusun menjadi
peta geologi ber sistem Luar Jawa, sekala 1:250.000.
|
Pemetaan selama dilakukan oleh R Sukamto, S. Supriatna. A Yasin, Sukardi,
dan dibantu oleh Y. Noya. I. Umar. R. L. Situmorang, A. Koswara dan Sahardjo.
Selama 1978 dan 1979 juga diperoleh data geologi setempat oleh R. Sukamto dan
S. Santosa yang dipakai untuk memperbaiki beberapa bagian dari peta geologi
ini.
Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terletak antara kordiniat 119o 05’ - 120o
45’ BT dan 4o – 5o
LS; meliputi Daerah Tk. II
Kabupaten Maros, Pangkep, Barru Watansoppeng, Wajo, Watampone, Sinjai dan
Kotamadya Parepare: semuanya termasuk Daerah Tk. 1 Propinsi Sulawesi Selatan.
Lembar peta berbatasan dengan Lembar Majene-Palopo di utara, Lembar Ujung
Pandang, Benteng dan Sinjai di selatan, Selat Makasar d barat dan, Teluk Bone
di timur.
Daerah ini
mempunyai penduduk yang relatif lebih padat daripada bagian lain Sulawesi
Selatan bertempat tinggal di kota kabupaten dan kecamatan, penduduk terdapat di
desa dan kampung di sepanjang semua jalan utama yang menuju
ke
daerah pedalaman. Sebagian besar penduduk bertani sawan sehingga membuat
daerah ini penghasil padi yang utama di Sulawesi. Penduduk di sepanjang pantai
kebanyakan nelayan yang di kota kebanyakan berniaga atau jadi karyawan.
Kehidupan sosial di daerah ini mencerminkan kehidupan asli Sulawesi Selatan.
Seperti Bugis, Makassar, dan Bajo. Penduduk kebanyakan beragama Islam, tetapi
tetapi yang beragama Katoilik dan Protestan serta yang beragama lain hanya
sedikit.
Fisiografi lengan selatan sulawesi yang berarah utara-selatan mempengaruhi
keadaan iklimnya. Seperti di daerah lndonesia yang lain, di sini pun ada dun
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di bagian barat musim berbeda
waktunya dengan di bagian timur. Musim hujan di bagian barat berlangsung dari
Nopember sampai April, dan di
bagian timur dan Mei sampai Oktober. Hutan lebat hanya ditemukan di daerah berdongak tinggi, yaitu di pegunungan sebelah barat
dan timur. Daerah
berdongak rendah
sebagian besar daerah pertanian. Binatang liar sudah jarang ditemui
di daerah ini; yang terlihat hanya ular, kijang, anoang dan kera.
Daerah pemetaan sangat mudah dicapai.
Hubungan udara yang pada 1971 antara Jakarta dan Makassar (sekarang Ujung
Pandang) hanya berlagsung beberapa kali dalam seminggu. sekarang telah berubah
jadi beberapa kali dalam satu hari Lapangan udara Ujung Pandang, Mandai,
terletak di bagian baratlaut Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai. Hampir seluruh
daerah pemetaan dapat dengan mudah dicapai dengan mobil. Semua kota kabupaten
dan sebagian dari kota kecamatan mempunyai hubungan jalan yang dapar dilalui
kendaraan mobil, jalan desa dan setapak dapat ditemukan hampir di seluruh
daerah ini.
Peta dasar yang dipakai dalam pemetaan ini adalah peta topografi bersekala 1 :250.000. AMS Seri T-503,
1965, No SB 50-4 dan 51-1 yang juga dipakai sebagai peta dasar Kompilasi. Untuk lapangan dipakai peta topografi bersekala 1 : 50.000.
Di samping itu dipakai potret udara yang melingkupi bagian barat lembar, dan
sebagian dari bagian timur. Potret ini sebagiar besar bersekala 1 : 50.000.
selain yang bersekala 1: 10.000.
Penyelidikan geologi sebelumnya di lembar ini dilakukan oleh Steiger
(1915), t’Hoen & Ziegler (1917). Sung (1948). Hooijer (1949) dan Patty & Wiryosujono (1962); yang terbaru
di lakukan oleh van Leeuwen
(1974).
GEOMORFOLOGI
Di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terdapat dua baris pegunungan yang memanjang hampir
sejajar pada arah utara-barat laut dan terpisahkan oleh lembah Sungai Walanae. Pegunungan yang barat
menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan
menyempit di bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan
ketinggian rata-ratanya 1500 m. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi.
Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi kras,
penceminan adanya batugamping. Di antara topografi kras di lereng barat
terdapat daerah pebukitan yang dibentuk oleh batuan Pra-Tersier. Pegunungan ini
di baratdaya dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan
dari dataran di selatannya.
|
Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut di bagian utara
selebar 35 Km. tetapi di bagian
selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat Sungai Walanae yang mengalir ke utara
Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di bagian utara terdapat dataran
aluvium yang sangat luas mengelilingi D. Tempe.
STRATIGRAFI
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan ularabasa, batuan malihan dan batuan melange. Batuannya terbreksikan dan tergerus dan mendaun, dan sentuhannya dengan formasi dl sekitarnya berupa sesar atau ketidselarasan. Penarikhan radiometri pada sekis yang menghasilkan 111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya sisipan lava dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it), dan diendapkan
dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang berumur Kapur Akhir. Batuan
sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar
dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan gunangai Paleosen dan batuan flysch
Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa
ini secara berangsur beralih ke endapan
karbonat Formasi Tonasa yang
terbentuk secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen
Tengah. Tebal Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan gunungapi Miosen Tengah di barat. Sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang yang Eosen
sampai Oligosen bersisipan batugamping dan mengalasi batuan gunungapi
Kalamiseng Miosen Awal di timur.
|
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae di endapkan sedimen klastika
Formasi Walanae. Batuan itu
tebalnya sekitar 4500 m, dengan bioherm batugamping koral tumbuh di
beberapa tempat (batugamping Anggota Taccipi). Formasi, Walanae berhubungan
menjemari dengan bagian atas Formasi
Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen
Akhir sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi
Walanae. Kegiatan gunungapi yang
masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan gunungapi Parepare
(4,25-4,95 juta tahan) dan Baturape-Cindako, juga merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar dari 8.3 sampai 19 ± 2 juta tahun.
Setelah Pliosen
Akhir, rupanya tidak terjadi pengendapan yang berarti di daerah ini, dan juga
tidak ada kegiatan gunungapi.
Endapan undak di utara Pangkajene dan
di beberapa tempat di tepi Sungai Walanae,
rupanya terjadi selama Pliosen. Endapan
Holosen yang luas berupa aluvium
terdapat di sekitar D. Tempe,
di dataran Pangkajene-Maros dan di bagian utara dataran
Bone.
Endapan
Permukaan
Qpt ENDAPAN UNDAK: kerikil, pasir dan lempung, membentuk dataran
rendah bergelombang di sebelah utara
Pangkajene. Terutama berasal dari batua pra-tersier di sebelah timur
Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium
yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat dinasabahkan dengan endapan undak
di dekat sungai Walanae yang mengandung tulang gajah purba yang berumur
Plistosen; tidak terpetakan. Lempung, pasir dan kerikil yang tidak terpetakan
di daerah tata-sungai Walanae mungkin termasuk satuan ini.
Qc TERUMBU KORAL : batugamping terumbu, dibeberapa tempat di sepanjang pantai terangkat membentuk singkapan kecil. Yang dipetakan hanya ditemukan di selatan Marek. Di dangkalan Spermonde terumbuh koral muncul ke atas muka laut, melampar kira-kira 60 km di lepas pantai ke arah barat, dan kira-kira 50 km di lepas pantai ke arah timur di bagian selatan Lembar.
|
Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc).
Sisipan lempung laut yang mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan buncak besi terdapat di sekitar Danau Tempe (t’Hoen & Ziegler,
1915). Undak sungai yang berumur Plistosen (tak terpetakan) di Kampung Sompoh,
dekat Sungai Walanae, mengandung tulang gajah purba yang dikenali sebagai
Archidiscodon celebensis (Hooijer, 1949).
Batuan Sedimen dan Bautan Gunungapi
Kb FORMASI
BALANGBARU : sedimen tipe flysch; batupasir berselingan
dengan batulanau, batulempung dan serpih bersispan konglomerat, batupasir
konglomeratan. tufa dan Lava; batupasirnya bersusunan grewake dan arkosa.
sebagian tufaan dan gampingan: pada umumnva menunjukkan struktur turbidit; di
beberapa tempat di temukan konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit.
serpih, tufa terkersikkan, sekis, kuarsa, dan bersemen batupasir; pada umumnya padat dan sebagian serpih
terkersikkan. Di bawah mikroskop, batupasir dan batulanau terlihat mengandung
pecahan batuan beku.
metasedimen dan rijang radiolaria.
Daerah baratlaut mengandung banyak batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak
batulempung dan serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total
CTF mengenali Globotruncana pada serpih -lanauan dari sebelah timur
Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara Padaelo Tanetteriaja yang berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis, 1979).
Formasi ini tebalnya sekitar 2000
m; tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa dan Batuan Gunungapi Terpropilitkan, dan menindih
tak selaras Kompleks Tektonik
Bantimala.
Km FORMASI MARADA (van Leeuwen. 1974): sedimen bersifat flysch; perselingan batupasir, batulanau, arkosa, grewake. serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa. lava dan breksi yang tersusun oleh basal, andesit dan trakit.
|
Teos FORMASI SALO KALUPANG: batupasir, serpih dan batulempung. berselingan dengan konglomerat gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava, batugamping dan napal, batulempung. serpih dan batupasir di beberara tempat tercirikan oleh warna merah, coklat, kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama di dalam lapisan batugamping dan napal pada umumnya gampingan. padat dan sebagian dengan urat kalsit, sebagian serpihnya sabakan; kebanyakan lapisan terlipat kuat dengan kemiringan antara 20° - 57°. penampang di Salo Kalupang memperlihatkan lebih banyak konglomerat di bagian barat, dengan komponen andesit dan basal. Di sebelah timur Palatae tersingkap lebih banyak tufa dan batupasir daripada di SaLo Kalupang. Di timur Samaenre terdapat lebih banyak singkapan serpih daripada di tempat lain; batuannya berwarna coklat kemerahan dan kelabu berselingan dengan batugamping berlapis (Teol) dan batupasir.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D.
Kadar (hubungan tertulis,
1971 dan 1974). dan lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di
antaranya Discocyclina javana (VERBEEK), Nummulites sp. , N. gizehensis FORSKAL. V pengaronensis (VERBEEK),
Heterostegina sp, Catapsydrax
unicavus BOLLI-LOEBLICH-TAPPAN, Globorotalia opima BOLLI. Globigerina binaensis KOCH, Gn. tripartita
BOLLI. Gn. tapuriensis BLOW & BANNER, Gn. venezuelana HEDBERG, ganggang dan lithothamnium. menunjukkan kisaran umur Eosen Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan
tidak kurang dari 4500 m.
Tem FORMASI MALAWA: batupasir, konglomerat, batulanau. batulempung. dan napal, dengan sisipan lapisan atau lensa batubara dan batulempung;
Batupasirnya sebagian besar batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan tufaan, umumnya berwarna kelabu
muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat
rapuh, kurang padat; konglomeratnya sebagian kompak; batulempung.
batugamping dan napal umumnya mengandung moluska yang belum diperiksa, dan
berwarna kelabu muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter
dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
|
Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert
H. Tschudy (Don E. Wolcort, USGS, hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah
contoh dari singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-c, dan RR.10), daerah
Tanetteriaja, dan sebuah dari dekat galian lempung di Tonasa mengandung fosil mikroflora sbb.: Acritarchs sp., Anacolosidites sp., Anno daceae sp. Barringtonia sp, Betulaceae
pollen, Bombacaceae sp., Compositae sp. Cyatbidites sp., Dicolpopollis
cf , D. kalewesis, D. verrucate, D. smooth, Dinoflagellates sp., Florscbuetzia trilobata, Gunnera sp., Intratriporopollenites, Leotriletes sp., Monosulcate pollen, Monosulites sp., Myricaceae pollen, Olacacea sp.,
Palmea pollen, Psilamonoletes sp,. Retitricolpitesantonii. Retikutcbensis (VENKATCHALA
& KAR. 1968), Sapotaceoidacpollenites
sp., Sterculiaceae sp., Syncolporate pollen, Tetraporina sp., Tricolpate pollen, Tricolpate verrucate pollen,
Triporate pollen. Verrucatosporites sp., Verrustriletesmajor.
dan Verrutricolporites sp. Berdarsarkan fosil tersebut A . Khan dan R.H.
Tschudy memperkirakan umur Paleogen dengan lingkungan paralas sampai dangkal.
Berdasarkan
fosil Ostrakoda dari contoh batuan B.45/e. E. Hazel memperkirakan, umur Eosen
(DL. Wolcort. USGS, hubungan tertulis. 1973). Fosil Ostracoda yang dikenali adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,. Cytberelloidea
sp,.1 Cytberelloidea sp.2 Cytboropteron sp.1
Cytboropteron sp.2,
Kritbinids sp,. Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp,. Pokornyella sp,.
Traciryleberis sp,. Dan xestoberis sp,.Tebal formasi ini tidak kurang dari 400
m; tertindih selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak
Selaras
batuan sedimen Kb dan batuan gunungapi Tpv.
Temt FORMAST TONASA : batugamping koral pejal sebagian terhablurkan. Berwarna putih dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih coklat muda dan kelabu muda. sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan; bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran; di dekat, Malawa, daerah Camba terdapat batugamping yang mengandung glaukonit, dan di beberapa tempat di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan batuan ultramafik; batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera besar, napalnya banyak mengandung foraminifera kecil dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecypoda) dan siput (gastropoda) besar.
Batugamping
pejal pada umumnya terkekarkan kuat; di daerah Tanetteriaja terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur barugamping
berlapis.
|
L. cf. Omphalus TAN, L. Ephippioides JONES, L,
sumatrensis (BRADY), L. parva
OPPENOORTH, Iniogypsina sp., Globigerina sp., G. venezuelana HEDBERG, Globigerinoides sp., Gd.
altiaperturus BOLLI, Gd. immaturus
LE ROY, Gd. Subquadratus BRONNI- MANN, Gd. trilobus (REUSS), Orbulina
bilobata (D’ORBIGNY). O. suturalis BRONNIMANN, O. universa
D’ORBIGNY, Opercuna sp., Amphistegina sp. dan Cycloclypeus sp.
Gabungan fosil ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan lingkungan
neritik dangkal hingga dalam dan laguna. Tambahan pulah ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain. ganggang,
koral dan moluska dalam formasi
ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras
batuan Formasi Malawa, dan tertindih tak
selaras batuan Formasi Camba; diterobos oleh
sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal, trakit, dan
diorit.
|
Tmc FORMASI CAMBA : batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi; batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau dan batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi gunungapi, dan setempat dengan batubara, berwarna beraneka, putih , coklat, merah, kuning, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya mengeras kuat dan sebagian kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna, merah mengandung banyak mineral biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antan 2 cm dan 40 cm; batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan koral dan moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram kecil dan moluska; sisipan batubara setebal 40 cm ditemukan di S. Maros. Pada umumnya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan sampai 30°.
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis.
1971, 1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh batuan: B.27, B.73,
B.134. C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182. Td.332, dan Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina
cf. borneensis PROVALE. Lephippioides JONES & CHAPMAN. L. sumatrensis (BRADY) Iniogypsina
sp., Globigerina venezuelana HEDBERG , Globorotalia baroemoenensis LEROY. Gl. mayeri CUSHMAN & ELISOR, Gl
menardii (DORBIGNY. Gl lenguaensis BOLLI. Gl. lobata BERMUDEZ. G.l obesa
BOLLI, Gl. peripheroacuta BLOW &
BANNER. Gl. praemenardii CUSHMANN
& STAINFORTH. Gl. siakensis (LEROY) Globoqudrina altispira (CUSHMAN JARVIS,, Gn dehiscens
(CHAPMAN PARR-COLLINS) Globerinaoides immaturus LEROY. Gd. obliquas BOLLI,
Gd. Sacculifer (BRADY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN. Gd. Trilobus (REUSS), Orbulina universa D’ORBIGNY,
Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Operculina sp., Cycloclypeus sp.,
Hastigerina Praesiphonifera BLOW, Sphaeroidinellopsis seminulina (SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE), dan Sp. subdehiscens BLOW. Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Akhir (N.9—N.15), dan
lingkungan neritik.
Lagi
pula ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam formasi
ini. Kemungkinan sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah pantai.
Secara setempat ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung Pandang.
Satuan
ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari Formasi
Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar berangsur berubah
jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw); diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal
piroksen, andesit dan diorit.
|
Pemeriksaan
petrografi menunjukkan fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin, diabas
hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal
leusit (Subroto dan Saefuddin, hubungan
tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit, leusitit dan dasit (von
Steiger, 1913).
Penarikan Kalium Argon pada batuan basal dari lokasi 7
menghasilkan 17,7 juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972),
dasit dan andesit dari lokasi 1 dan 2 masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (ET.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974), dan
basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta
tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan tertulis, 1978).
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan sepaian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa
Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan sepaian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa
gampingan,
batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera.
Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1973, 1974) dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana (HEDBERG), Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl. menardii (D’ORBIGNY), Gl. siakensis (LEROY). Gl. acostaensis BLOW, Gl. Cf. dutertrei, Globoquadrin.a altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides extremus BOLLI. Gd immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI. Gd. ruber (D’ORBIGNY) Gd. sacculifer (BRADY), Gd. trilobus (REUSS), Hastigerina aequilateralis (BRADY), dan Sphaerodinellopsis subdehiscens (BLOW). Baik gabungan fosil maupun data radiometri menunjukkan jangka umur Miosen Tengah - Miosen Akhir.
Batuannya
sebagian besar diendapkan dalam
lingkungan laut neritik sebagai fasies
gunungapi Formasi Camba,
menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan batuan Formasi
Malawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunungapi mengandung sepaian batugamping
seperti yang ditemukan di S. Paremba;
tebal diperkirakan tidak kurang
dari 4000 m.
|
Tmcl, Anggota Batugamping, batugamping, batugamping tufaan,
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir
halus sampat kasar; putih, kelabu,
kelabu kecoklatan, coklat muda dan coklat; sebagian mengandung glaukonit: fosil terutama foraminifera, dan sedikit moluska dan koral.
Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh batuan Ta.37,
Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105,
adalah: Lepidocyclina sp., L. cf) omphalus TAN, L. sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki (NEWTON & HOLLAND),
Mogypsina sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M. cf. cupulaeforinis (ZUFFARDI-COMERCY),
Globorotalia sp., Gl. Mayeri CUSHMANN &
ELLISOR, Gl. lobata BERMUDEZ,
Gl. praemenardii CUSHMANN
& STAINFORTH. Gl praescitula BLOW, Gl. siakensis (LEROY), Globorotaloides
variabilis BOLLI, Globoquadrina
altispira (CUSHMAN & JARVIS),
Gn. globosa BOLLI, Globigerinoides
sp., Gd. immaturus LEROY. Gd. sacculifer (BRADY) Gd. subquadratus
BRONNIMANN, Biorbulina bilobata (D’ORBIGNY), Orbulina
suturalis BRONNIHANN, O.
universa D’ORBIGNY, Hastigerina siphonifera
(D’ORBIGNY), Sphaeroidinellopsis kochi (GAUDRIE), Sp. Seminulina
(SGHWAGER), Operculina sp., Amphistegina
sp., Cyclocypeus sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut
menunjukkan umur Miosen Tengah (Tf; N.9 - N. 13).
Tmpw FORMAS1 WALANAE : batupasir berselingan dengan batulanau, tufa, napal, batulempung. konglomerat dan batugamping:
Sebagian
memakas dan
sebagian repih; umumnya berwarna muda,
putih keabuan, kecoklatan dan kelabu
muda. Batupasir berbutir halus
sampai kasar, umumnya tufaan
dan gampingan, terdiri terutama
dari sepaian batuan beku dan
sebagian mengandung banyak kuarsa. Komponen batuan gunungapi jumlahnya
bertambah secara berangsur ke arah barat dan selatan, terdiri dari butiran abu
hingga lapili, tufa kristal, setempat mengandung banyak batuapung dan biotit.
Konglomerat ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan barat, tersusun
terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah utara dan
timur jumlah karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi batugamping
berkembang jadi anggota Tacipi; di daerah sekitar Watampone ditemukan lebih
banyak batugamping pasiran berlapis yang berselingan dengan napal. batulempung,
batupasir dan tufa.
|
Fosil
foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1973. 1974), oleh
Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan contoh batuan Ta.150.
Ta.157, Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta.
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina sp., Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D’ORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa D’ORBIGNY, Hastigerina aequilateralis (BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina obiquiloculata
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan Te.75, adalah: Lepidocyclina sp., Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp.. Globigerina bulloides DORBIGNY, G. nephentes DODD, Globorotalia obesa BOLLI. Gl. dutertrei (D’ORBIGNY), Gl. lobata BERMUDEZ, Gl. Scitula (BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl. merotumida BLOW & BANNER Gl. Tumida (BRADY;, Globoquadrina altispira (CUSHMAN & JARVIS), Globigerinoides conglobatus, BRADY. Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus LEROY. Gd. ruber (D’ORBINY) Gd. sacculifer (BRADY). Gd. obliquus BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina universa D’ORBIGNY, Hastigerina aequilateralis (BRADY), Sphaeroidinellopsizs seminulina (SCHWACER), Ep. subdehiscens BLOW, Pulleniatina obiquiloculata
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20). Lagi pula ditemukan
fosil-fosil foraminifera yang lain, moluska, ganggang dan koral dalam formasi
ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di sepanjang lembah S. Walanae, di timur D.
Tempe dan sekitar Watampone; pada umumnya terlipat lemah, dengan kemiringan
lapisan kurang dan 15°, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar, dengan
kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari dengan
Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi Parepare;
telal diperkirakan tidak kurang dari 4.500 m.
Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping koral
dengan sisipan batugamping berlapis, napal, batulempung, batupasir, dan tufa:
putih, kelabu muda, dan kelabu kecoklatan; sebagian sarang dan sebagian pejal.
setempat berstruktur breksi dan konglomerat; setempat mengandung banyak
moluska.
|
Batuan Gunungapi
Tpv BATUAN GUNUNGAPI TERPROPILITKAN : breksi,
lava dan tufa. di bagian atas lebih banyak
tufa, sedangkan di bagian bawah lebih banyak lava: umumnya bersifat andesit,
sebagian trakit dan basal; bagian atas bersisipan serpih merah dan batugamping;
komponen breksi beraneka, dari beberapa cm sampai melebihi 50 cm, terekat tufa yang jumlahnya kurang
dari 50%; lava dan breksi berwarna kelabu tua sampai kelabu kehijauan, sangat terbreksikan dan
terpropilitkan, mengandung banyak
karbonat dan silikat.
Penarikhan Kalium/Argon pada basal dan timur
Bantimala (lokasi 5)- menghasilkan umur 58,5 juta tahun (J.D. Obradovich,
hubungan tertulis. 1974), dan penarikhan jejak belah
pada tufa dari bagian bawah Batuan Gunungapi Langi menghasilkan umur 63 + 2
juta tahun (T.M. van Leeuwen. hubungan tertulis
1978).
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m; sebagai lanjutan dan
yang tersingkap di Birru, di lembar Ujung Pandang, Benteng & Sinjai,
yang oleh van Leeuwen (1974) disebut batuan Gunungapi Langi; ditindih
takselaras oleh batuan Eosen Formasi Tonasa dan Formasi Malawa; diterobos oleh
batuan granodiorit dan basal.
Tmkv BATUAN GUNUNGAPI KALAMISENG : lava dan breksi, dengan sisipan tufa, batupasir, batulempung dan napal; kebanyakan bersusunan basal dan sebagian andesit; kelabu tua hingga kelabu kehitaman, umumnya tansatmata, kebanyakan terubah, amidaloid dengan mineral sekunder karbonat dan silikat; sebagian lavanya menunjukkan struktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di sepanjang daerah pegunungan di timur lembah
Walanae, terpisahkan oleh lajur sesar dari
batuan sedimen dan karbonat yang berumur Eosen di bagian baratnya
diterobos oleh retas dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih muda dari batugamping Eosen dan lebih tua dari Formasi Camba Miosen Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan tebalnya tidak kurang
dari 4.250 m.
|
Tmsv BATUAN GUNUNGAPI SOPPENG : breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili, dan batulempung; di bagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan di bagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksen dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya makin banyak ke arah selatan: sebagian lavanya berstuktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm - 50 cm; warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya
terubah sangat kuat, amigdaloid
dengan mineral sekunder berupa
urat karbonat dan silikat; diterobos oleh retas (0,5 m - 1 m) dan sil trakit dan
andesit, dengan arah umum retas
timurlaut-baratdaya. Satuan ini ditaksir setebal 4.000 m, menindih takselaras batugamping
Formasi Tonasa dan ditindih; selaras batuan
Formasi Camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.
Tpbv BATUAN
GUNUNGAPI BATURAPE CINDAKO : lava
dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat; bersusunan basal, sebagian besar ponfiri dengan
fenokris piroksen sampai 1 cm panjangnya, dan sebagian tansatmata; kelabu tua
kehijauan hingga hitam; lava sebagian berkekar meniang dan sebagian berkekar lapis; pada umumnva breksi
berkomponen kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, terekat oleh tufa,
Dasit pasir sampai lapili, mengandung
banyak sepaian piroksen. Satuan
batuan ini tebalnya tidak kurang dari 1250 m di lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai setelah selatan daerah lembar ini menindih takselaras batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv); mungkin berumur Pliosen Akhir
Tppv SATUAN GUNUNGAPI PAREPARE : tufa, berbutir halus sampai lapili, breksi dan konglomerat gunungapi , setempat dengan sisipan lava dan batupasir tufaan: terutama bersusunan trakit dan andesit, pemeriksaan petrografi menunjukan andesit trakit, beberapa lapisan tufa mengandung banyak biotit; umumnya memakas lemah dan sebagian repih; berwarna putih keabuan hingga kelabu; setempat terlihat lapisan silang-siur dan sisa tumbuhan. Sebagian dari batuan, gunungapi ini di daerah timur terdiri terutama dari lava (Tppl), bersusunan trakit, mengandung banyak biotit. Satuan ini ditaksir setebal 500 m, menindih batuan Formasi Camba dan kemungkinan menjemari dengan bagian atas Formasi Walanae. Umurnya Pliosen, berdasarkan penarikhan radiometri pada trakit dan tufa dari timurlaut Parepare (Lembar Majene-Palopo), yang masing-masing menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta tahun (J.D. Obradovich, hubungan tertulis, 1974)
gd GRANODIORIT
: terobosan granodiorit, berwarna kelabu muda, dengan miksoskop batuannya terlihat mengandung felspar. kuarsa,
biotit, sedikit piroksen dan horenblenda, dengan mineral ikutan
zirkon, apatit dan magnetit;
mengandung senolit bersusunan diorit dan diterobos oleh aplit; beberapa bagian
yang bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan terobosan ini terdapat dibagian
tenggara Lembar, tersingkap luas
di sekitar Birru, di lembar
Ujungpandang, Benteng & Sinjai.
menerobros batuan Formasi Marada
(Km) dan Batuan Gunungapi
Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada santuhan dengan batugamping Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh granodiorit menghasilkan umur 19 + 2 juta tahun, dan memberikan dugaan batuan terobosan ini ditempatkan selama Miosen (T.M. van Leeuwen,
hubungan tertulis. 1978).
d DIORIT – GRANODIORIT : terobosan diorit dan granodiorit, terutama berupa stok dan sebagian berupa retas, kebanyakan bertekstur porfir, berwarna kelabu muda sampai kelabu. Diorit yang tersingkap di sebelah utara Bantimala dan di sebelah timur Birru menerobos batu pasir Formasi Balangbaru dan batuan
ultramafik; terobosan yang terjadi di sekitar Camba sebagian terdiri dari
granodiorit porfir, dengan banyak
fenokris berupa biotit dan amfibol, dan menerobos batugamping Formasi Tonasa
dan batuan Formasi Camba.
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit dari
timur Camba (lokasi 8) pada biotit menghasiikan 9.03 juta tahun (J.D.
Obradovich, hubungan tertulis 1974).
t TRAKIT: terobosan trakit
berupa stok, sil dan retas; bertekstur porfir kasar dengan fenokris sanidin sampai 3 cm panjangnya; berwarna putih
keabuan sampai kelabu muda. Di sekitar Bantimala dan Tanetteriaja trakit menerobos batugamping Formasi Tonasa, dan di utara Soppeng menerobos batuan gunungapi
Soppeng (Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari barat Bantimala (lokasi 3 dan 4 menghasilkan : pada felspar 8,3 juta tahun, dan pada biotit 10.9 juta tahun (Indonesia
Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
|
b BASAL : terobosan basal berupa sil, stok dan retas, kebanyakan bertekstur porfir dengan fenokris piroksen kasar mencapai ukuran lebih dari 1 cm, dan sebagian putih tansatmata; berwarna kelabu tua kehitaman sampai kehijauan, sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar meniang bersegi enam, beberapa di antaranya bertekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Tonasa membentuk sil di dalam batugamping Formasi Tonasa dan terobosan
yang terjadi di sekitar
Malawa kebanyakan membentuk retas dalam batuan Formasi Malawa.
Penarikhan Kalium/Argon pada batuan basal
dari lokasi 7, di timur Tonasa 1, menunjukkan umur 17,7 juta tahun (Indonesia
Gulf Oil, hubungan tertulis. 1972).
Kompleks Tektonika Bantimala
Ub BATUAN ULTRABASA : peridotit, sebagian besar terserpentinkan, berwarna hijau tua sampai hijau kehitaman; kebanyakan terbreksikan dan tergerus melalui sesai naik ke arah baratdaya; pada bagian yang pejal terlihat struktur berlapis, dan di beberapa tempat mengandung buncak dan lensa kromit; satuan ini tebalnya tidak kurang dan 2500 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
s BATUAN MALIHAN : sebagian besar sekis dan sedikit genes; secara megaskopik terlihat mineral di antaranya glaukofan, garnet, epidot,
mika dan klorit; di bawah mikroskop t’Hoent & Ziegler
(1915) dan Subroto & Saefudin (hubungan tertuis. 1972) mengenali sekis
glaukofan, eklogit, sekis garnet, sekis amfibol, sekis kiorit, sekis muskovit, sekis muskovit-tremoilit-aktinolit, sekis
muskovit-aktinolit, genes albit-ortoklas,
dan genes kuarsa-felspar; eklogit tidak ditemukan berupa singkanan, melainkan berupa sejumlah bongkah besar di daerah batuan malihan; di lokasi Te. 149.a sekisnya mengandung grafit;, berwarna
kelabu, hijau, coklat dan biru.
Baruan malihan ini umumnya berpendaunan miring ke arah timurlaut, sebagian terbreksikan, dan tersesarkan naik ke
arah baratdaya. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 m dan bersentuhan sesar dengan satuan batuan di
sekitarnya. Penarikhan Kalium/Argon pada sekis di timur Bantimala (lokasi 5) menghasilkan umur 111 juta tahun (J.D. Obradovich. hubungan
tertulis, 1974).
|
m KOMPLEK MELANGE : batuan campur aduk secara tektonik terdiri dari grewake, breksi, kongomerat, batupasir; terkersikkan, serpih kelabu, serpih merah, rijang radiolaria merah, batusabak, sekis, ultramafik, basal, diorit dan lempung; himpunan batuan ini mendaun, kebanyakan miring ke arah timurlaut dan tersesarkan naik ke arah baratdaya; satuan ini tebalnya tidak kurang dari 1750 m, dan mempunyai sentuhan sesar dengan satuan batuan di sekitarnya.
TEKTONIKA
Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan stratigrafi
dan tektonikanya adalah sedimen flych
Formasi Balangbaru dan Formasi
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Marada; bagian bawah takselaras menindih satuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih takselaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimbrikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus, terdaunkan dan sebagian tercampur menjadi melange. Oleh karena itu komplek batuan ini dinamakan Komplek Tektonik Bantimala. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada itu merupakan endapan lereng di dalam sistem busur-palung pada zaman Kapur Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa melange di Daerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan
gunungapi bawah laut dimulai pada Kala
Paleosen, yang hasil erupsinya terlihat di timur Bantimala dan di daerah
Birru (lembar Ujungpandang, Benteng & Sinjai). Pada Kala Eosen Awal,
rupanya daerah di barat berupa tepi
daratan yang dicirikan oleh endapan darat serta batubara di dalam Formasi Malawa; sedangkan di daerah timur,
berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastika bersisipan
karbonat Formasi Salo Kalupang. Pengendapan Formasi Malawa kemungkinan hanya
berlangsung selama awal Eosen, sedangkan Formasi Salo Kalupang berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat yang sangat tebal dan luas sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal. Gejala ini menandakan bahwa
selama waktu itu terjadi paparan laut dangkal
yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya pengendapan. Proses tektonik di bagian
barat ini berlangsung sampai Miosen Awal,
sedangkan di bagian timur kegiatan gunungapi sudah mulai lagi selama
Miosen Awal, yang diwakili oleh Batuan Gunungapi Kalamiseng dan Soppeng
(Tmkv dan Tmsv).
|
Selama terbentuknya terban Walanae, di timur
kegiatan gunungapi terjadi hanya di bagian selatan sedangkan di barat terjadi kegiatan gunungapi
yang hampir merata dari selatan
ke utara, berlangsung dari Miosen Tengah sampai Pliosen. Bentuk kerucut gunungapi
masih dapat diamati di daerah sebelah barat ini, di antaranya Puncak Maros dan G. Tondongkarambu. Suatu tebing melingkar mengelilingi G. Benrong, di
utara G. Tondongkarambu, mungkn. merupakan sisa suatu kaldera.
Sesar utama yang berarah utara-baratlaut terjadi
sejak Miosen Tengah, dan tumbuh sampai setelah Pliosen. Pelipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan
terbentuk sehubungan dengan adanya, tekanan mendatar berarah kira-kira
timut-barat pada waktu sebelum akhir
Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar sungkup lokal yang
menyesarkan batuan pra-kapur Akhir di Daerah Bantimala yang kemudian tertekan
melawati batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di bagian timur Lembar Walanae dan di bagian barat
pegunungan barat yang berarah baratlaut - tenggara dan
merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang
sesar besar.
SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI
Gejala mineralisasi yang didapatkan di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat ialah sebagai berikut:
Sebuah urat kuarsa yang mengandung sulfida tembaga dan
malakit tersingkap pada sentuhan
retas diorit di dalam batuan klastika Teos kira-kira 30 km sebelah timurlaut Camba. Hasil analisis
oleh Direktorat Geologi (197)
memperlihatkan kandungan Cu, 11,19% dan Zn 1,58%. Ketul mangan dengan kandungan MnO2, 20,39% yang berserakan di
dekat sentuhan antara
batugamping Temt dan batuan gunungapi Tpv di daerah Birru, menurut hasil penelitian PT Riotinto Bethlehen Indonesia (1974)
ternyata tudung besi petunjuk mineral logam dasar.
|
Batugamping Formasi Tonasa dan
lempung. Formasi Malawa digali
di tenggara dan di timur laut Pangkajene, sebagian bahan
dasar bagi pabrik semen Tonasa I dan
Tonasa II. Batuan terobosan basal,
trakit, diorit dan granodiorit yang ditemukan
di beberapa tempat baik sebagai bahan bangunan fondasi.
Lapisan batubara ditemukan di beberapa tempat di
dalam Formasi Malawa. Beberapa di antaranya telah ditambang selama dan sebelum
perang dunia kedua. Eksplorasi minyak dan gas telah dilakukan oleh Gulf Oil
Indonesian sejak tahun 1967 baik di daerah pantai maupun di lepas pantai. Tes
pemboran di Singkang telah membuktikan adanya gasbumi di daerah
itu.
Mataair panas dan
mineral ditemukan di beberapa tempat,
yang di antaranya mencapai temperatur
40o C. Analisis
kimia air mineral percontoh dari utara Tanettariaja
menunjukkan susunan utama dalam mg/liter: Ca2+, 206,5; CO2 bebas, 238,1; HCO3,
697,8; dan Cl, 116,0.
DAFTAR REFERENSI/REFERENCES
Hooijer, DA. 1949. Plistocene vertebrates from Celebes. IV Archideskodon celebensit nov. Spec.; Zool. Meded. , DeelXX, No. 14, Leiden 1949.
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962. The raw materials
for cement plant in the Tonasa - Baloci area on South Sulawesi; unpubl. rept GSI, No. 20/do.
Steiger, von H., 1915. Petrografische
beschrijying van eenege gesteenten uit
de onderafdeeling Pangkadjene en het landscap Tanette v/h Govt. Celebes dan
Onderhorighede; jaarb. Mijnw. Verh.,
pp. 171-227.
Sukamto. R, 1975. Geologic map of Indonesia, Sheet VIII Ujungpandang, scale 1 : 1,000.000; Geological Survey of Indonesia.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van
belangrijkere geologische gegevens over
Celebes; GL. A. Raport No.
22575; unpubl. rent. PERTAMINA.
|
van Leeuwen, T.M., 1974 . The geology of Birru
area, South Sulawesi; PT Riotinto Bethlehem
Indonesia, unpubl. rept.
Langganan:
Postingan (Atom)